Ciri-Ciri Teks Eksposisi
Seperti halnya jenis teks yang lain, teks
eksposisi juga memiliki beberapa ciri, antara lain:
1.
Bersifat objektif pada pembahasan persoalan dan
tidak menggunakan kata atau frasa yang bersifat menarik emosional pembaca
sehingga tidak memihak kepada pihak apapun.
2.
Bersifat informatif. Artinya, setelah dibaca,
pembaca merasa mendapatkan informasi tambahan.
3. Teks memuat fakta. Fakta dapat berisi
data berupa angka, misalnya “…tingkat kasus trafficking selama sedekade
terakhir…”
4. Menggunakan bahasa baku dengan ragam laras
ilmiah dan gaya bahasa yang lugas. Selain itu, tanda baca dan ejaan
juga sangat diperhatikan yang ditulis berdasarkan PUEBI.
Struktur Pembangun Teks Eksposisi
Teks eksposisi memliki struktur tersendiri yang
terdiri atas pernyataan pendapat (tesis), argumentasi, dan pernyataan ulang
(reiteration). Dalam soal, pada umumnya, akan disajikan potongan paragraf dan
peserta didik diminta untuk mengidentifikasikannya. Oleh karena itu, sangat
penting untuk memahami konesep dari ketiga komponen struktur tersebut.
1. Pernyataan pendapat atau tesis
Bagian ini berada pada bagian awal teks yang
berisi topik yang diangkat oleh penulis. Selain itu, opini dari penulis juga
termasuk di dalamnya. Opini ini membuat pembaca untuk memosisikan diri
apakah pro ataupun kontra.
2. Argumentasi
Setelah topik diangkat melalui opini, bagian
selanjutnya ialah bagaimana opini tersebut didukung dengan argumentasi
berdasarkan data dan fakta yang kuat, serta sistematis. Semakin ilmiah data
yang diberikan dan dengan penjelasan yang runtun, semakin baik kualitas dari
tulisan. Karena itu, bagian ini pada umumnya lebih dari satu paragraf sebab
selain data dan fakta, beberapa jenis teks eksposisi memberikan penyajian
contoh beserta alasan.
3. Penegasan ulang
Bagian
ini berada pada paragraf akhir sehingga disebut juga sebagai penutup atau
kesimpulan. Tesis disebutkan, tetapi biasanya tidak secara langsung, yaitu
dengan menggunakan kata rujukan, seperti “…Pada akhirnya, persoalan tersebut
masih menjadi perdebatan…”. Kata tersebut merujuk apa yang diangkat pada bagian
tesis.
Untuk lebih jelasnya Bapak golongkan
langsung struktur teks eskposisi pada teks di bawah ini.
Hutan Sumatera menyusul Hutan Kalimantan?
1. Pernyataan pendapat
Jika Pemerintah tidak dengan cepat bertindak
dalam sepuluh tahun mendatang, hutan Sumatera akan musnah. Hilangnya hutan di
Sumatra juga akan diikuti oleh musnahnya hutan di Kalimantan. Pengelolaan hutan
tidak hanya menunjukkan adanya tanda-tanda perbaikan dibandingkan tahun
sebelumnya. Sebaliknya, kecenderungannya justru akan semakin memburuk.
Kebakaran hutan akan terus terjadi dan penebangan liar juga semakin meningkat.
Diperburuk lagi dengan adanya rencana pembukaan lahan hutan lindung bagi
pertambangan. Keadaan tersebut sudah jelas akan menambah suram nasib hutan.
2. Argumentasi
Kondisi hutan Indonesia sungguh sudah sangat
memprihatinkan. Dalam kurun waktu kurang lebih lima puluh tahun, hutan alam
Indonesia akan mengalami penurunan luas sebesar 64 juta hektare. Pembukaan
hutan alam di dataran rendah Sulawesi juga telah memusnahkan keanekaragaman
hayati. Berjuta-juta spesies baik flora dan fauna telah musnah dengan percuma.
Pembukaan lahan dengan cara membakar hutan justru akan menambah masalah
kerusakan hutan. Munculnya El Nino memperburuk kondisi hutan. Di Pulau Sumatera
berdasarkan titik kebakaran yang terjadi di hutan rawa gambut sebanyak 49%,
alang-alang sebanyak 13%, hutan dataran rendah sebanyak 10%,
permukiman/pertanian masyarakat sebanyak 10%, perkebunan sebanyak 8%, dan
sisanya rawa (non gambut). Kebakaran hutan memberikan kerugian yang tidak
sedikit. Tahun 1997 diperkirakan kerugiannya mencapai sebesar 3-4,4 miliar
dolar atau yaitu sekitar Rp 2-4 triliun.
3. Penegasan
Ulang
Rupanya kedua masalah tersebut
belum cukup. Pemerintah juga menambah masalah lagi, dengan rencana pembukaan
kawasan hutan lindung yang digunakan untuk area pertambangan. Kebijakan
tersebut jelas akan semakin menambah rentetan derita hutan yang ada di
Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar